Membaca Ulang Tuduhan “Rektor Zionis”, Antara Peter Berkowitz dan Ronit Ricci
3 jam lalu
Jika ditelisik lebih dalam, dalan konteks Ronit Ricci, tuduhan itu lebih banyak dibangun di atas persepsi dan kesalahpahaman ketimbang fakta.
***
Mengapa tuduhan “Rektor Zionis” Tidak Relevan dengan Fakta Isu keterlibatan Universitas Indonesia dalam kegiatan Yayasan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) kembali menjadi bahan polemik.
Kehadiran akademisi asal Jerusalem University, Ronit Ricci, langsung memantik tudingan bahwa UI memberi ruang bagi narasi pro-Zionis. Terlebih belum lama ini, Rektor UI, Prof Heri Hermansyah sudah meminta maaf lantaran menghadirkan Peter Berkowitz.
Jika ditelisik lebih dalam, dalan konteks Ronit Ricci, tuduhan itu lebih banyak dibangun di atas persepsi dan kesalahpahaman ketimbang fakta.
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI secara tegas sudah menyatakan bahwa kegiatan Manassa tidak ada kaitannya dengan universitas. Mereka selama ini mencatut nama UI, sehingga justru membawa kerugian institusi ini.
Terbukti masalah menjadi gaduh karena logo UI muncul dalam materi publikasi acara tanpa izin. Pencatutan inilah yang memperkuat anggapan publik bahwa UI terlibat. Padahal, tindakan tersebut murni langkah sepihak yang kemudian merugikan nama baik kampus.
Menyalahkan universitas atas tindakan ini sama saja menutup mata terhadap fakta bahwa simbol UI dipakai tanpa sepengetahuan pihak resmi.
Labelisasi “Rektor Zionis” yang muncul dalam orasi maupun media sosial jelas tidak seimbang dengan realitas. Menyamakan kehadiran seorang akademisi dengan legitimasi terhadap politik negara adalah penyederhanaan yang berbahaya.
UI tidak pernah mengundang Ronit Ricci sebagai bagian dari programnya. Menyebut universitas sebagai lembaga yang menjual nurani justru mengebiri tradisi akademik yang berdiri di atas nalar, bukan emosi.
Lebih jauh, komitmen UI pada perjuangan Palestina tidak bisa dihapus begitu saja. Rencana pendirian UI Palestine Centre adalah bukti nyata keberpihakan universitas pada isu kemanusiaan global.
Kampus ini berdiri dalam garis yang jelas: mendukung Palestina, menghormati kebebasan akademik, dan menolak penggunaan nama maupun simbolnya untuk kepentingan pihak luar.
Maka, tuduhan bahwa UI tengah melelang nurani hanyalah narasi yang kehilangan pijakan. Yang terjadi justru sebaliknya: UI berusaha menjaga marwah akademik, menolak pencatutan nama, dan menegaskan sikapnya pada isu Palestina. Membiarkan tuduhan emosional berkembang tanpa rujukan fakta hanya akan melemahkan perjuangan itu sendiri.
UI bukanlah pasar politik, melainkan ruang ilmu. Dan di ruang itu, kebenaran tidak dijual, nurani tidak dilelang. (*)

Pelanggan Bis Kuning - UI - Pondok Cina
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler